Entri yang Diunggulkan

Menghitung Upah Lembur

               Kadang masih ada yang bingung mengenai kewajiban pemberi kerja tentang upah lembur. Demikian juga karyawan tidak mengetahui t...

Senin, 12 Maret 2012

(Jika) BBM Naik dan (Jika) BLT dibagikan Siapa yang Untung?

Tekanan Dunia (AS dan sekutunya Negara-negara Barat) atas negeri para Mullah, berimbas pada peningkatan harga minyak dunia. Setelah diancam dengan melarang negara-negara sekutu AS untuk membeli minyak mentah Iran, Iran tidak tinggal diam. Balasan Iran berupa penghentian pasokan minyak mentahnya ke berbagai negara yang selama ini mengimpor minyak dari Iran. Tak pelak negara-negara Eropa, bahkan sekutu AS yakni Jepang, Korea Selatan dan lain-lain harus mengalihkan impor minyaknya ke produsen minyak Timur Tengah selain Iran. Sebagian dari negara-negara tersebut memilih berpartner dengan Saudi untuk menutup kekurangan pasokan minyaknya. Kabar terbakarnya kilang minyak Saudi yang disebarkan oleh Iran turut menambah kepanikan dunia, sehingga sempat melambungkan harga minyak dunia. Iran sebagai salah satu negara Muslim yang telah berhasil terlepas dari ketergantungan alutsista negerinya dari Barat, ketika mendapat tekanan tersebut tampak siaga, bukannya tunduk atas kemauan AS tapi bahkan menyiagakan diri atas berbagai hal yang bisa saja terjadi atas negerinya. Uji coba beberapa senjata baru yang dimiliki oleh Iran merupakan bagian dari psiwar terutama bagi Israel yang berulang kali menyatakan keinginannya untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Keberhasilan pengayaan uranium oleh para ilmuwan nuklir Iran menjadikan Barat semakin was-was, terutama jika Iran telah berhasil membuat senjata nuklir. Inilah standart ganda Barat, untuk Israel yang jelas-jelas tidak mau bekerja sama dengan badan atom internasional (IAEA) dan sangat dicurigai memiliki senjata nuklir, didiamkan tidak ada sanksi, tetapi Iran yang nyata-nyata menyampaikan niatan pengembangan program nuklirnya untuk tujuan damai tak pernah dipercayai.
Imbas kenaikan harga minyak dunia tak pelak sampai juga ke Indonesia. Indonesia memang bukan pengimpor minyak dari Iran, tetapi sebagian besar sumber impor kita berada di Saudi. Wacana pembatasan BBM bersubsidi yang dilontarkan pemerintah SBY, seolah menemukan momentum. Semula pemerintah akan mengalihkan pengguna premium ke pertamax dan secara bertahap akan dibangun infrastruktur untuk pengalihan ke BBG. Pengalihan ke pertamax tentu akan sangat memberatkan, karena harga pertamax 2X harga premium, pertanyaannya siapa yang diuntungkan dalam kebijakan ini. Sebagian pengamat menyebut yang akan mendapat keuntungan besar-besaran adalah SPBU asing. Apa kita juga akan rela jika bangsa sendiri menderita sementara pihak asing mendapat keuntungan besar. Kalau pilihan kedua dengan beralih ke BBG memang akan lebih efisien. Dari beberapa penelitian baik oleh LIPI, UGM dan beberapa PT yang lain, mereka telah menguji tingkat efisiensi dan keamanan penggunaan konverter pada mobil. Hasilnya memang jauh efisien menggunakan BBG. Belum lagi bagi kita, cadangan gas alam yang dikandung di bumi Indonesia masih sangat melimpah jika dibanding dengan ketersedian minyak bumi. Biaya produksi juga jauh lebih rendah, sehingga tentu harga jual gas juga akan bisa lebih rendah dari BBM. Namun kendalanya ada pada infrastruktur penyaluran gas alam, penyiapan SPBG, penyiapan konverter (harga cukup mahal sekitar Rp. 15 juta perbiji). Sehingga pilihan beralih ke BBG dalam waktu dekat juga belum akan bisa dilaksanakan. Sekali lagi pemerintah seolah menemukan momentum untuk memilih menaikan harga bensin dan solar. Pilihannya ada dua opsi, opsi pertama adalah kenaikan sebesar Rp. 1.500,00 setiap liter premium dan solar sehingga setiap liter akan menjadi Rp. 6.000,00. Opsi kedua, memberikan subsidi Rp. 2.000,00 setiap liter premium dan solar namun harga BBM menyesuaikan sebagaimana harga internasional. Salah satu kendala pemerintah adalah harus meyakinkan DPR RI atas wacana kenaikan harga tersebut. Hal ini karena sudah ada kesepakatan dalam UU APBN bahwa tidak akan ada kenaikan harga BBM di tahun 2012. Tetapi dalam beberapa konperensi pers oleh Menkeu dan Menko Perekonomian tidak ada pilihan lain selain mengurangi subsidi BBM dengan menaikan harga BBM. Tanggal 1 April 2012 kemungkinan akan menjadi hari pilihan bersejarah untuk kenaikan harga BBM oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono .
Yang kemungkinan terjadi sebagaimana prediksi para analis adalah adanya kenaikan angka inflasi. Tentu hal ini akan semakin menyengsarakan masyarakat. Dengan kenaikan BBM maka biaya produksi, biaya transportasi akan meningkat, sehingga pasti pedagang akan menaikan harga karena biaya 'kulakan' sudah lebih besar dari semula, konsumen dengan terpaksa pasti akan merasakan kenaikan dihampir semua bagi barang. Bahkan bisa jadi BBM belum diumumkan naik, beberapa komoditas sudah mengalami kenaikan.
Apakah solusi adanya BLT, kenaikan BOS, raskin, akan memberikan pengaruh positif? Lantas dampak positifnya siapa yang akan memperoleh? BLT bantuan langsung tunai bahkan ada yang memberikan plesetan 'BLT = bantuan langsung thekor' (logis karena dari BLT yang didapat tidak bisa untuk 'nututi' kenaikan harga-harga, jadi sama saja langsung thekor), bisa jadi BLT akan sangat dirasa positif bagi rakyat yang menerima karena dapat uang secara tunai beberapa bulan, tetapi imbasnya hanya akan menunjukkan panjangnya gambaran/potret kemiskinan sepanjang mereka yang terpaksa mengantri untuk memperoleh BLT. Yang diuntungkan adalah pemerintah, tentu kita ingat bagaimana pengaruh BLT sebelum pemilu, kenaikan gaji bagi PNS seolah merupakan 'suap' pemerintah kepada masyarakat. Dan hasilnya sangat positif, sekali lagi siapa yang diuntungkan? Lagi-lagi pemerintah, kemungkinan besar partai-partai pendukung pemerintah akan berada pada posisi 'seperti harus makan buah simalakama'. jika menolak BLT akan dianggap tidak pro rakyat miskin, walaupun BLT tentu bukanlah satu-satunya solusi bagi penanganan bagi pengaruh kenaikan BBM bagi warga tidak mampu. Ketika menerima, mendukung tentu juga tidak akan mendapat pengaruh positif secara politis, yang akan dapat memperoleh imbas positif adalah partai penyokong utama (PD). Rencana agenda pemberian BLT tentu sudah dihitung, sebagai bagian dari upaya mengangkat citra pemerintah yang sedang terpuruk, kedua dalam rangka menutup issue-issue negatif tentang korupsi, lihat saja apakah setelah ada BLT citra partai dalam bentuk dukungan publik bagi PD akan stagnan atau meningkat? Saya menduga akan naik elektabilitasnya, mengapa? Karena masyarakat kita masih mudah terserang penyakit 'lupa'.
Setelah kenaikan BBM kemungkinan di bulan April, dibulan Mei masyarakat akan 'dihajar' lagi dengan kenaikan TDL, laa haula walaa quwwata illa billah.
Sebagian kelompok terpelajar/BEM dari berbagai PT dikabarkan akan menolak keras dengan demo. Bahkan Menko Polhukam menuduh adanya gerakan penggulingan SBY. Kalau dilihat dari situasi kondisi yang ada sekarang apakah gerakan penggulingan SBY (jika memang benar ada) akan efektif? Kemungkinan masih cukup jauh, kondisi sekarang ini dengan situasi kekacauan yang terjadi menjelang keruntuhan Presiden Soeharto sangat berbeda.
Kenaikan BBM kemungkinan akan tetap dilaksanakan, BLT dan program kompensasi lainnya akan mengikuti sebagai bagian dari 'suap' pemerintah kepada masyarakat terdampak langsung, upaya penolakan akan terjadi dimana-mana tetapi belum akan sampai tujuan jika tujuannya adalah penggulingan SBY. (Jika) BBM naik dan (Jika) BLT dibagikan harapan kita : jangan lakukan politisasi terhadap pemberian BLT tersebut, bagi PEMDA dan DPRD wajib untuk melakukan pengawasan penyaluran BLT sehingga tepat sasaran pada masyarakat yang terdampak langsung oleh kenaikan harga BBM, tentu yang lebih penting adalah pasca BLT dihentikan skema apalagi yang harus dilakukan sehingga penderitaan masyarakat bisa dikurangi.
Saran dalam jangka beberapa tahun ke depan, Indonesia harus terlepas dari jeratan ketergantungan pada BBM, ada beberapa skema yang bisa diambil oleh pemerintah, pertama, dengan menyiapkan infrastruktur guna pengalihan penggunaan BBM bersubsidi ke BBG, kedua, dengan secara serius melakukan pengembangan minyak nabati, melakukan penyiapan lahan-lahan kritis dimanfaatkan untuk penanaman jarak, nyamplung, serta tanaman lain yang punya potensi penghasil minyak. Membuat penelitian dan pengembangan teknologi pemanfaatan energi minyak nabati. ketiga, mengelola sumber energi alternatif seperti sampah-sampah plastik, penemuan minyak dengan membakar sampah plastik sampai suhu tertentu dan dilakukan proses destilasi, ternyata minyaknya bisa dipakai untuk menyalakan mesin motor. Tentu perlu di follow up oleh pemerintah sehingga selain akan didapat sumber energi alternatif baru, juga akan menyelesaikan problem persampahan yang sedang dialami oleh sebagian besar kota-kota di Indonesia.